Seperti biasa pesawat F-4E milik Israel melaksanakan patroli di sepanjang Gunung Sinai. Tiba-tiba mereka memergoki sebuah pesawat asing melakukan pengintaian, operasi pengejaran pun dilakukan. Segala usaha pengejaranpun dilakukan untuk menaklukkan sang pengintai namun usaha itu sepertinya sia-sia saja, bahkan rudal Sparrow yang di luncurkan tidak mampu menyergap sang pengintai. Sang pengintai pun berhasil lolos dari pengejaran dan kabur dari hadapan sang pengejar. Dari data yang diperoleh melalui radar Israel kecepatan pesawat tersebut mencapai Mach 3,2.
Dapat dibayangkan bagaimana gemparnya AS atas kejadian tersebut. Ditengah menghangatnya gelombang iklim Perang Dingin dengan Uni Soviet. Ini berarti sang rival telah berhasil membuat persenjataan yang lebih ampuh dan dapat mendominasi kekuatan udara. Ruang yang selama ini menjadi lambang superioritas AS dan harus runtuh oleh kehadiran sang "Hantu Sinai". Ini berarti perlombaan senjata tempur harus di genjot lagi untuk dapat mengantisipasi "Hantu Sinai" yang sudah menunjukkan kesaktiannya. As di bayangi rasa takut mengingat kemampuan teknologi rivalnya yang dapat membuat lompatan jauh kedepan sehingga menjadi sebuah misteri besar .
Sementara itu seorang pilot Mig-25 Letnan Ivanovich Belenko sedang merencanakan pembelotan ke Blog Barat karena ketidak puasannya terhadap sistem komunis Negaranya. Seperti sistem partai yang otoriter, kemiskinan, kurang pangan dan kesejahtraan yang buruk terhadap seorang pilot tempur. Dan ia memiliki keyakinan kalau sistem kapitalis yang dilaksanakan blog barat itu tidak kacau seperti yang selama ini di propagandakan Uni Soviet. Ia pernah protes terhadap keadaan tersebut namun terpaksa menuai bencana buruk, dia dipindahkan ke pangkalan AU Cuguyepka yang kondisinya sangat buruk. Kondisi tersebut membuat Belenko semakin membulatkan tekadnya untuk membelot ke barat.
Belenko adalah seorang generasi komunis kelahiran 15 Februari 1947, memiliki prestasi nilai terbaik pada mata pelajaran mekanik dan pilsafat. Hobi kegemarannya adalah membaca khususnya dunia Mitology Spartacus dan penerbangan. Ketika mengikuti seleksi pendaftaran di AU Uni Sovyet berhasil menyingkirkan 400 calon kadet pesaingnya. Dan berhasil lulus dengan nilai terbaik, pada usia 21 tahun sudah mampu menerbangkan L-29 Albatros. Karena kemampuannya yang berkembang pesat dia dipercaya menerbangkan pesawat andalan Uni Sovyet MiG-25.
Dengan tekad bulatnya Belenko mempersiapkan pembelotannya dan merencanakan tujuan pembelotannya adalah bandara Internasional Hokodate di pulau Hokkaido Jepang. Belenko tergabung dengan Komando Pertahanan Udara Sovyet dan Resimen Tempur 513. Dalam formasi 20 pesawat MiG-25 mereka terbang dari Lanud Sakharova, Cuguyevka, 120 mil sebelah Utara Vladivostok. Tepat pukul 12.50 MiG-25 Belenko terbang menuju Zona Latihan 2. Dengan sengaja ia terbang rendah 24.000 kaki dan mencari waktu yang tepat untuk kabur. Tiba-tiba ia melihat serombongan Mig lainnya sedang latihan terbang, Secepat kilat pula ia bermanuver memutar menuju pembelotannya. Ia menurunkan ketinggian pesawatnya hingga 19.000 kaki dan membelokkan kasar kearah kiri dan menukik menuju dekat lembah.
Terbang rendah ini dia lakukan untuk menghindari radar GCI Sovyet. Supaya pelariannya lebih afdol lagi ia mematikan sistim tombol darurat, radar dan semua perangkat lainnya agar posisinya sulit terlacak. Semakin dekat tujuan pelariannya jantungnya semakin kencang berdetak. Pukul 01.20 ia menaikkan ketinggian pesawatnya agar terdeteksi radar Jepang. Pada ketinggian 20.000 kaki radar Jepang yang berada di Pangkalan Militer Chitose berreaksi dan segera mengirim sejumlah pesawat penyergap F-4 Phantom.
Mendadak mendung tebal menghalangi pemandangan visualnya dan ia menurunkan ketinggian hingga 18.000 kaki. Pada pukul 01.26 pesawat MiG-25 Belenko kembali hilang dari radar Jepang. Sementara itu diatas Belenko berseliweran sejumlah pesawat Sovyet dan Jepang berlomba-lomba mencari dirinya. Dia memutuskan terbang lurus menuju garis pantai Barat Daya Hokkaido dan yakin Chitose berada di Timur Laut, persis di balik gunung. Situasi semakin panik karena bahan bakar tinggal 16 - 18 menit lagi. Ia terbang menuju Timur dan belok ke Utara namun pangkalan Chitose belum kelihatan juga.
Enam belas menit berlalu namun Chitose belum kelihatan juga, waktu tersisa hanya 2 menit lagi. Ia menukikkan MiG nya hingga 250 meter, mujur sekali awan tebal terkuak dan terlihat Bandara International Hokkodate. Walaupun memiliki landasan yang lebih pendek dan bahan bakar yang tersisa 30 detik ia memberanikan mendarat dengan modal pengalaman dan keahliannya dan berhasil mendarat dengan selamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar